KISAH TERJADINYA
Setelah pesta Zak,
kakak Rachel
datang untuk mengantar kami pulang,
bersama teman
dan adik temannya.
Aku yang terakhir nail ke mobil
dan ternyata
semua pangkuan telah terisi,
jadi aku harus duduk
di pangkuan adik teman kakak Rachel.
Dan itu adalah
pangkuan Dylan,
namun meski ia satu sekolah denganku
aku belum pernah melihatnya.
Ia memiliki sepasang mata kelam becahaya
yang membuatku serasa direnggut
dan didorong ke tengah
film 17 tahun ke atas dan semua orang lain di mobil
lenyap sirna
dan cowok ini dan aku
mulai bermesraan,
di situ saat itu juga,
tanpa perlu mengatakan
sekata pun satu sama lain.
Tapi yang terjadi
wajahnya merah padam dan ia berkata,
"Hai,aku Dylan".
Dan aku balas merah padam dan berkata,
"Aku Sophie".
Dan ujarnya,"Nama yang bagu".
Dan ujarku,"Trims'.
Setelah itu kami tidak bicara lagi
namun tubuh kami sepertinya
bercakap sendiri,
bersandaran
sepanjang tiap liku jalan,
berbagai rahasia-rahasia kulit.
Dan sebelum kami tiba di rumahku,
sepertinya aku merasa
ia nyaris meremas pinggangku.
Lalu mobil pun berhenti
dan aku keluar
sekujur tubuhku berdengung.
Kuucapkan selamat malam,
melangkah menyusuri jalan setapak,
dan saat mobil menderu pergi,
aku menoleh
dan melihat dylan menoleh
ke arahku.
Saat pandangan kami bertemu,
senyum ajaib menerangi wajahnya
dan serta merta aku bagai disambar
pengalaman religius.
Lalu aku naik ke kamar
mencoba tidur,
namun mataku nyalang.
Dan aku masih saja melihat senyumnya
dan merasakan remasan yang nyaris itu.
Setelah pesta Zak,
kakak Rachel
datang untuk mengantar kami pulang,
bersama teman
dan adik temannya.
Aku yang terakhir nail ke mobil
dan ternyata
semua pangkuan telah terisi,
jadi aku harus duduk
di pangkuan adik teman kakak Rachel.
Dan itu adalah
pangkuan Dylan,
namun meski ia satu sekolah denganku
aku belum pernah melihatnya.
Ia memiliki sepasang mata kelam becahaya
yang membuatku serasa direnggut
dan didorong ke tengah
film 17 tahun ke atas dan semua orang lain di mobil
lenyap sirna
dan cowok ini dan aku
mulai bermesraan,
di situ saat itu juga,
tanpa perlu mengatakan
sekata pun satu sama lain.
Tapi yang terjadi
wajahnya merah padam dan ia berkata,
"Hai,aku Dylan".
Dan aku balas merah padam dan berkata,
"Aku Sophie".
Dan ujarnya,"Nama yang bagu".
Dan ujarku,"Trims'.
Setelah itu kami tidak bicara lagi
namun tubuh kami sepertinya
bercakap sendiri,
bersandaran
sepanjang tiap liku jalan,
berbagai rahasia-rahasia kulit.
Dan sebelum kami tiba di rumahku,
sepertinya aku merasa
ia nyaris meremas pinggangku.
Lalu mobil pun berhenti
dan aku keluar
sekujur tubuhku berdengung.
Kuucapkan selamat malam,
melangkah menyusuri jalan setapak,
dan saat mobil menderu pergi,
aku menoleh
dan melihat dylan menoleh
ke arahku.
Saat pandangan kami bertemu,
senyum ajaib menerangi wajahnya
dan serta merta aku bagai disambar
pengalaman religius.
Lalu aku naik ke kamar
mencoba tidur,
namun mataku nyalang.
Dan aku masih saja melihat senyumnya
dan merasakan remasan yang nyaris itu.
mbok yo ora gampang nesu to yanx-yanx.......... kakak tau lo kakak bkan yang terbaik tp kakak mohon janga diemin kakak kya gni.......plizzzzzzzz
BalasHapus